Minggu, 18 Januari 2015

PURING KELAS


Pernah dengar istilah Puring Kelas? Pastinya pernah, lalu bagaimana bisa ada istilah puring kelas dan lain-lainnya seperti Puring Lokal, Puring Import dan Puring Hybrid? Istilah puring kelas terjadi begitu saja diantara para pemain yang mungkin berharap mendapat nilai tambah dari penyebutan itu. Dinamika itu berjalan begitu saja dengan sendirinya. Kini muncul pula istilah PURING PROSPEK dikalangan pecinta puring. Salahkah adanya pengistilahan tersebut? Tentu saja tidak karena diciptakan oleh pasar itu sendiri.

Istilah-istilah lainnya muncul atau di munculkan tentunya oleh para penggemar puring itu sendiri untuk membedakan satu dengan yang lainnya. Saya pribadi juga tidak mengerti dasar atau kriteria seperti apa yang menjadikan puring varian tertentu dikatakan puring kelas atau puring prospek sementara yang lainnya tidak?

Dulu kura, oscar dan raja adalah puring yang tergolong kelas papan atas karena paling dicari dan diminati..... apa karena newcomer saat itu atau karena memang perwujudannya yang menarik dengan karakter daun dan warna yang spesifik. Apalagi puring kura... bentuk daun unik,tebal serta tangkai pendek. Hingga sekarangpun puring kura tetap digemari. Kemudian pada era berikutnya hadir Vinola, Banglor, Kipas Dewa, New legend, Tongue fire, dll..... hingga berkembang pada hybrid para penyilang Indonesia kala itu antara lain Bp.Gandung Paryono (Melati Aji,Medari Sleman), Agus Choliq ( Krokot Nursery) serta koleksin Mr.Jack.

Juga ada lagi Puring Impor yang didatangkan dari India dan Thailand muncul kala itu. Istilah itupun muncul begitu saja ketika konsumen bertanya kepada para penjual;"Puring apa ini?"

Lalu bagaimana dengan era saat ini? Banyaknya varian yang bagus muncul saat ini menjadikan persaingan di jagad puring semakin kompetitif memperebutkan strata sebagai puring paling prospek atau paling dicari (kalau tidak ingin di istilahkan dengan puring kelas).

Ada beberapa kriteria, menurut pengamatan saya tentang puring yang "layak tanding" tanpa mengecilkan potensi puring diluar kriteria tersebut. Kriteria tersebut adalah:

1. CORAK WARNA DAUN
Corak dan warna daun merupakan salas satu  faktor penentu utama,. Biasanya semakin merah semakin menarik atau bisa juga kombinasi warna yang menarik misal Worthen beauty,Sembodro SN dll. Walau warna merah kadang menjadi acuan namun warna Kuning dan Putih pun tak kalah menarik.

bluemoon GP
Immortal KA
Immortal KA, warna tua bagian atas menjadi putih,sementara bawah daun/dibalik daunnya berwarna kemerahan
2. DAUN TEBAL
Faktor pertama yang biasanya sering dipakai sebagai acuan oleh para penggemar puring adalah ketebalan daun. Perhatikan saja bila mereka sedang mengamati atau menaksir puring, biasanya yang kemudian dilakukan adalah meraba daun untuk mengecek ketebalannya. Semakin tebal dan kaku maka Puring akan semakin diminati karena tidak setiap puring memiliki daun yang tebal. Namun walau tidak tebal puring varian  tertentu tetap saja diminati karena memiliki kriteria lainnya.

3. LEBAR DAN BENTUK SERTA PANJANG DAUN
Di Indonesia biasanya semakin lebar dan panjang maka akan semakin di cari. Namun ini juga bukan menjadi patokan baku. Karena di Thailand sendiri daun lebar dihindari. Mereka lebih menyukai daun bundar serta curly/keriting/untir.


4. TINGKAT KERAPATAN DAUN - STANG PENDEK
Puring dengan tangkai daun yang pendek biasanya menyebabkan puring akan semakin rapat dan roset. Namun ini juga bukan merupakan penentu utama. Bisa saja puring tangkai panjang seperti banglor contohnya, dahulu pernah menjadi salah satu top rangking di masanya. Beberapa puring yang memiliki kerapatan daun tinggi/ rapat adalah Puring Kura, VOC, Robinson. dll

5. KARAKTER SPESIFIK
Puring yang memiliki karakter khas atau spesifik tentunya akan jadi pembeda dengan varian lainnya. Bisa katena bentuk daun atau batang yang unik. Terbukti dengan puring  Kura yang hingga kini masih diminati walau harganya sudah standar, lalu Derik, Tanduk India dll. Ada juga puring dengan daun kecil seperti paint brush. Atau bentuk kristata.

6. KELANGKAAN
Dengan sendirinya  bila suatu barang menjadi langka maka akan semakin mahal. Kelangkaan bisa dan sangat memungkinkan terjadi karena saat ini banyak dihasilkan varian-varian baru hasil silangan para pecinta puring yang sangat menarik. Di Indonesia sendiri kini sudah banyak para pecinta puring yang sudah dapat menyilangkan puring karena memang caranya sangat mudah (baca cara menyilang puring). Kelangkaan bisa saja terjadi pada puring lama atau puring lawas yang dulu pernah beredar dipasaran. Kelangkaan juga bisa terjadi karena bentuknya yang unik.

Keenam kriteria tersebut adalah merupakan suatu kesatuan. Bia saja varian puring memiliki daun tebal namun tidak memiliki nilai jual tinggi seperti Golok/Ketapang misalnya diupayakan dengan tampilan pot keramikpun tidak akan dilirik sebagai puring koleksi.
Puring Golok biasanya digunakan sebagai batang bawah/rootstock


Namun demikian tidak selalu puring kelas atau prospek atau apapun istilah yang tercipta dikalangan pecinta puring tentunya tidak akan otomatis  menjadikan puring tersebut harganya mahal atau sebaliknya puring lokal atau lawas/jadul lalu menjadi murah karena banyak puring jadul yang masuk pada kriteria diatasmasih memiliki harga yang layak. Dan harga itu sendiri tercipta sesuai keinginan pasar. Sementara dalam dunia hobi tidak ada standarisasi harga karena harga bisa saja diciptakan atau juga mengikuti pasar ditentukanoleh kesepakatan penjual dan pembeli.


Beberapa sahabat puring lover banyak yang sudah menghasilkan silangan-silangan yang tidak kalah menariknya dengan hasil silangan para pendahulunya. Beberapa diantaranya adalah :


1. Edy CS yang beralamat di desa pandan rejo kajar kota batu rt 03/06 Malang, dengan beberapa puring hybridnya Puring Rhama, P.Niedrig, P.Anggun Ayu, P.Widuri.Ming Wanly, Taksaka, Picatu dll.

Niedrig CS

Widuri CS

Widuri CS


2. Amirudin Pane (Sawangan Depok).
3. Fadiel Gazebo (Sawangan Depok)
4. Michael Angelo (Menado)
5. Ace Ramdan (Bandung) 
6. Ruddy Agustian
dll

NB.Foto dan yang lainnya menyusul..

Tidak ada komentar :

Posting Komentar