Kamis, 21 Juli 2011

Puring, 'artis' baru pengganti anthurium
Harian Jogja Senin, 02 Mei 2011 09:18:55

Popularitas bunga hias boleh saja meredup. Namun keindahannya tetap memiliki arti tersendiri bagi para penggemarnya. Puring salah satunya. Hadir setelah era jenmani yang serba mahal, bunga ini diburu karena keindahannya yang eksotis dan tentu saja harganya lebih membumi.

Dari bentuknya, puring tampil lebih sederhana. Daunnya lebar dengan ukuran panjang, sedang. Karena tidak terlalu panjang inilah daun puring tampak gemuk dan mampat. Namun justru di sinilah letak kecantikannya.

Dominan warna hijau manghiasi hampir seluruh tubuh bunga yang kelak diprediksi bakal semahal anthurium ini. Di antara warna hijau nan menyala, beberapa ornamen warna lain menghiasi bagian duannya, seperti kuning dan kemerahan. Satu lagi keistimewaan daun puring adalah, kilatan warnanya yang tampak glosy meski ruangan atau lingkungan berdebu. Kesan visual ini yang menyebabkan banyak penggemar rela mengeluarkan kocek tinggi demi mendapatkannya. 

"Permintaan [puring] mulai meningkat. Kalau harga tergantung seleksi pasar. Sekarang turun drastis namun bagi penggemar bunga sejati, bukan harga yang dicari tapi keindahannya. Artinya meski murah kalau indah tetap dikagumi," ujar Suwandi Wiharso, pedagang bunga yang juga anggota divisi penelitian dan pengembangan Persatuan Puring Indonesia (PPI) ini.

Dia dan beberapa anggota PPI mengikuti pameran potensi daerah Sleman di lapangan Dengung. Mereka menggelar aneka koleksi puring dan jenis tanaman hias lain yang sempat populer beberapa waktu lalu, di antaranya aglonema, phylodendrum dan anthuriaum. Jenis tanaman ini sempat merajai penjualan tanaman hias dengan harganya yang selangit. Semakin banyak daunnya, makin mahal juga harganya. Belum lagi jika warnanya menawan. Semakin bersih dan banyak ornamen hiasannya, kian tinggi banderol di pasaran. Namun sejak tiga tahun terakhir, popularitas tanaman prestis ini makin anjlok.

Di pasaran banyak yang hanya menyentuh level harga ratusan ribu bahkan puluhan ribu per pohon. Seiring waktu, tanaman hias kini mulai dilirik lagi. Karena baru bangkit, harganya pun relatif stabil dan terjangkau. Jenis Puring termahal dijual hingga Rp1,5 juta per pohon. Untuk hasil silangan biasa, harganya lebih murah lagi, yakni di kisaran puluhan ribu per pohon.

Karena tidak ada standar pasti, penawarannya pun relatif. Tidak jarang dinilai terlalu mahal, atau sebaliknya terlalu murah bagi penggemarnya yang paham seluk beluk puring.

Perawatannya pun mudah. Cukup disiram secukupnya secara periodik seminggu dua atau tiga kali. Atau bisa dua hari sekali. Pemberian air perlu hati-hati karena jika kebanyakan akan menyebabkan pohon menjadi busuk.

Johan Albar, 31, salah satu pengunjung pameran mengatakan tanaman hias tetap banyak dicari karena tren ramah lingkungan dan go green sedang gencar digalakkan.

Menurut dia tanaman hias disukai karena memberi warna natural di lingkungan rumah.  Yang menyebabkan malas membeli adalah karena harganya yang tidak masuk akal.

"Dengan pameran ini diharapkan persepsi tanaman hias di masyarakat bisa berubah," papar penggemar aneka tanaman hias asal Moyudan ini.(Wartawan Harian Jogja/Sumadiyono)
 Sumber : www.harianjogja.com

Tidak ada komentar :

Posting Komentar